Cerpenku. Aku Bukan Anak Manja.


 Aku Bukan Anak Manja
            Mentari perlahan muncul, ayam bersahut-sahutan untuk berkokok. Suara adzan subuh terdengar begitu merdu, aku terbangun dan menyadari ini pagi terakhir liburan.
            Via, ayo bangun Nak, kita sholat subuh bersama dengan malas aku langsung mengikuti mama.
Setelah sholat ingin aku bermalas-malasan menghabiskan sisa liburan, tapi ku urungkan niatku kerena meliat mama yang sibuk membersihkan rumah dan memasak di Dapur.
            Ma, boleh aku bantu memasak ? ” tanyaku pada mama.
       Tidak usah Nak, biar mama saja yang mengerjakan,nanti kamu capek ” jawab mama sambil tersenyum.
            “ Ya udah deh, aku tunggu di meja makan saja ya ma ” jawabku sambil meninggalkan mama menuju ke meja makan.
Mama hanya tersenyum melihatku. Aku tidak heran jika mama menolak saat aku ingin membantu, aku merupakan anak tunggal yang selalu di manja. Seingatku selama 15 tahun aku menjadi anak mama, aku tidak pernah melakukan suatu perkerjaan yang aku selesaikan sendiri. Mama selalu membantuku. Hal itu cukup menggangguku. Aku tidak ingin dianggap sebagai anak manja, tapi mama selalu menganggap aku masih kecil dan tidak bisa melakukan pekerjaan sendiri.
            Pagi yang cerah menambah semangatku untuk pergi ke sekolah, seperti biasa aku akan diantar mama. Setelah sampai di Sekolah mama selalu memberi kecupan di kedua pipiku. Aku pernah merasa terganggu dengan itu, tapi mama selalu melakukannya setiap hari. Lama kelamaan aku jadi terbiasa dengan itu.
            Hati-hati di jalan ya ma !  kataku sambil melambaikan tangan kepada mama.
         “ Iya Nak, Via belajar yang sungguh-sungguh ya ! ” pesan mama hampir setiap kali diucapkan saat mengantarku sekolah.
            Vi,gak malu diantar terus ? ” tanya Rara temanku saat kami bertemu di gerbang sekolah.
            “ Enggak ” jawabku singkat.
        “ Gak malu juga setiap pagi melakukan ritual ibu dan anak ? ” tanya Rara yang menyebut adegan kecupan sayang mamaku setiap pagi sebagai ritual ibu dan anak.
            Enggak ” kataku singkat sambil tersenyum melihat Rara yang mungkin mulai kesal.
            Gak bosen juga jadi anak mama ? ” tanya Rara selanjutnya.
Aku hanya mengerutkan dahi sambil berkata dalam hati .
Aku bukan anak Mama, aku bukan anak manja, dan aku bisa mandiri ”.
            Rara hanya bisa nyengir dan geleng-geleng kepala, mungkin dia bosan setiap hari bertanya seperti itu dan aku tetap cuek menanggapinya.
            Teman-teman di sekolah selalu mengejekku dengan mengataiku “ anak mama yang manja ” karena mamaku yang selalu mengantarku kemanapun aku pergi. Aku sudah pernah mengatakan pada mama untuk tidak usah mengantarku lagi tapi mama tetap saja   mengantarkanku.
Mama selalu mengatakan “ Tidak usah berangkat sendiri, nanti kamu kenapa-kenapa lagi di jalan !. Biar mama yang mengantarkanmu ya ! ” mama terlalu menghawatirkanku.
.         Aku bukan anak kecil lagi yang harus selalu dihawatirkan. Aku sudah cukup dewasa untuk melakukan semuanya sendiri.
        Pagi-pagi saat aku akan berangkat sekolah, dan mama sudah siap untuk mengantarkanku aku bicara pada mama. Aku tak ingin selalu dianggap sebagai anak mama yang manja.
            “ Ma, Via berangkat sekolah sendiri saja ya ! ” kataku pada mama.
            “ Tidak usah,biar mama yang antar ” jawab mama.
          “ Ma, Via kan sudah besar, masak setiap hari harus diantar mama terus sih. Via kan juga ingin mandiri, berangkat sekolah sendiri, melakukan semua pekerjaan yang harus Via lakukan selesaikan sendiri tanpa bantuan dari mama. Via tahu mama menghawatirkan Via tapi Via bukan anak kecil lagi yang harus selalu dikhawatirkan. Jadi, tolong mama percaya kalau Via bisa melakukannya semuanya sendiri ya ma ! ” jawabku mencoba memberi penjelasan pada mama.
Aku menunggu cukup lama jawaban dari mama, semoga setelah aku bicara seperti itu mama sadar kalau aku bukan anak yang harus dimanja.
“ Ya baiklah mama mengerti, maafkan mama ya Sayang, kalau selama ini mama membuatmu tak nyaman dengan perlakuan mama yang selalu menganggapmu masih kecil dan terlalu menghawatirkanmu ” jawab mama setelah berpikir cukup lama
“ Makasih ya ma, karena sudah mengerti kemauan Via. Maaf juga kalau tadi Via sedikit marah sama mama. Ya udah deh ma, Via berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum  ! ” jawabku mencium tangan mama.
“ Wa’alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya Nak ! ” pesan mama sambil melambaikan tangannya padaku.
“ Ya ma ! ” jawabku sambil membalas lambaian tangan mama dengan senyum lebar yang tersungging di Wajahku.
Hari ini dan hari-hari berikutnya aku akan berangkat sekolah sendiri tanpa diantar mama dan malakukan semuanya sendiri. Mulai sekarang dan seterusnya aku akan belajar hidup mandiri. Aku tidak ingin selalu diejek sebagai anak mama yang manja. Aku akan buktikan bahwa aku bisa mandiri.
            “ AKU BUKAN ANAK MAMA, AKU BUKAN ANAK MANJA, DAN AKU BISA MANDIRI ”.

SELESAI
                                                               
Cerpen ini aku buat sekitar 3,5 tahun yang lalu saat aku masih kelas 9 SMP. Cerita ini dibuat untuk tugas bahasa indonesia. Cerita anak anak banget. cerita ini sebagian besar sama dengan ku, tapi dalam kehidupanku bukan ibuku yang terlalu memanjakan aku, tetapi aku yang menjadi anak manja dan selalu takut pada hal yang belum terjadi dan tak seharusnya ditakuti .

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Ranah 3 Warna

Kutipan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck