Kutipan dari Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.


Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah



Cerita dari novel  ini sebenarnya sangat sederhana, cerita putus sambung Borno dan Mei takkan terjadi jika sejak awal Borno menemukan angpau merah di Sepit ia langsung membuka isi dari angpau merah itu. Cerita sederhana yang mempuyai banyak makna. Ada banyak kata-kata yang bermakna dalam novel ini. Berikut sedikit kutipan kata-kata dalam novel ini :

Halaman 132
“ Tidakada yang lebih indah dibanding masa muda. Ketika kau bisaberlari secepat yang kau mau, bisa merasakan perasaan sedalam yang kau inginkan, tanpa takut terkena penyakit atas semua itu”

Halaman 167
“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
“kaliantahu,cinta sejati laksana sungai besar. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti, semakin lama semakin besar sungainya, karena semakin lama semakin banyak anak sungai perasaan yang bertemu.”

Halaman 168
“Cinta sejati adalah perjalanan.... Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung , tujuan, apalagi hanya sekedar muara...”
“Camkan, bahwa cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta,... Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”

Halaman 173
“...... Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.”

Halaman 194
“cinta sejati selalu menemukan jalan, Burno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai peragai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yangmenakjubkan. Kalau sampai pulang ke Pontianak kau tak bertemugadis itu, berarti bukan jodoh, sederhana, bukan ?”

Halaman 221
“... cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka.”

Halaman 355
“... perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.”

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Ranah 3 Warna

Kutipan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Cerpenku. Aku Bukan Anak Manja.